Minggu, 16 Januari 2011

Pemerintahan SBY Bisa Akhiri Hidup?

Berpijak pada pernyataan Rinny Soegijoharto, seorang psikolog tatkala mengomentari aksi bunuh diri mantan timer bus antar-kota, warga Kota Bekasi, Arip bin Maman (Kompas, 17/01), Pemerintahan SBY pun bisa melakukan hal yang sama. Sebab, akibat pernyataan tokoh lintas agama yang “menyakitkan” itu, secara psikologis bisa berdampak timbulnya proses yang dirasakan dalam jangka waktu panjang serta menimbulkan kecemasan. 

Pertanyaannya kemudian, mungkinkah Pemerintahan SBY akan melakukan aksi bunuh diri? Jawabannya pasti, tentu tidak! Kita hidup di negara berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Tidak ada budaya di Republik ini bisa seseorang merasa gagal lalu melakukan aksi harakiri. Apalagi atas 9 dosa kebohongan publik sebagaimana dikemukakan tokoh lintas agama itu, masih ada ruang untuk diperdebatkan dari berbagai disiplin ilmu. Pernyataan itu bukan kebenaran mutlak!

Menurut Penulis, dalam sejarah negeri ini sejak diproklamasikan, tidak ada satu pun Presiden yang tidak pernah melakukan kebohongan. Termasuk kebohongan publik. Bahkan kita bisa meyakini bahwa seluruh Wakil Rakyat, baik di pusat maupun di daerah, nyaris tak ada yang tidak pernah melakukan kebohongan publik. Bila yang dimaksudkan dengan kebohongan itu adalah ketidakterbuktian antara janji tatkala kampanye dengan kondisi faktual ketika mereka sudah menjabat. 

Dalam suatu kisah pada zaman Nabi Isa As, saat terjadi penangkapan pasangan pelaku zina, umat sang Nabi menuntut agar kedua pezina itu dirajam sampai mati. Dengan bijak lelaki utusan Allah itu mempersilakan agar hukum rajam itu dilaksanakan dengan syarat, yang boleh merajam hanya mereka yang tidak pernah melakukan zina. Hasilnya, tidak ada satu pun di antara umatnya saat itu yang berani melaksanakan hukuman rajam.

Kesalahan SBY
Jika kita masih meyakini Pancasila sebagai way of life bangsa ini, memang ada kesalahan mendasar pada diri Presiden SBY. Yakni, tatkala kampanye dalam upaya merebut kembali jabatan orang nomor satu di negeri ini, selalu lupa mengucapkan InsyaAllah (maknyanya, jika Tuhan menghendaki). Dalam Alquran, Allah telah mengingatkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". (Q.S. Al Kahfi: 23-24).

Nah, ternyata kemudian Allah tidak berkenan, yang menurut analisis tokoh lintas agama, ketidakberhasilan menepati janji merupakan kebohongan publik. Jajaran Pemerintahan SBY pun terhenyak. Kaget. Sampai-sampai Staf Ahli Kepresidenan, DR. Daniel Sparinga, yang dikenal cukup santun itu mengatakan, ada kemunafikan yang menyeruak di sekitar kita. Pengajar Universitas Airlangga itu seolah hendak mengatakan, bahwa dalam pernyataan tentang kebohongan publik itu juga mengandung unsur kebohongan publik.

Berikut beberapa klaim keberhasilan Pemerintahan SBY. Di bidang perekonomian berdasarkan data BPS dan Kementerian Keuangan, sejak masa krisis pada tahun 1998, terus mengalami kenaikan. Pada periode 1999 – 2001, pertumbuhan ekonomi naik sebesar 3 persen, dan menjadi 3,7 persen pada periode 2001-2004. Dan, sejak 2004 hingga sekarang sudah mencapai 5,6 persen (Kompas, 06/7/2010).

Kondisi eksiting UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) per 2008, data BPS 51,26 juta. Terinci, untuk usaha mikro kekayaan bersih/tahun lebih dari Rp 50 juta, dengan hasil penjualan kurang dari Rp 300 juta. Usaha kecil kekayaan bersih/tahun lebih dari Rp 50 juta s/d Rp 500 juta, dengan hasil penjualan lebih dari Rp 300 juta s/d Rp 2,5 miliar. Usaha menengah kekayaan bersih/tahun lebih dari Rp 500 juta s/d Rp 10 miliar, dengan hasil penjualan lebih dari Rp 2,5 miliar s/d Rp 50 miliar. Sedangkan untuk usaha besar/konglomerat lebih dari Rp 10 miliar, dengan hasil penjualan lebih dari Rp 10 miliar (Kompas, 14/8/2010).

Anggaran untuk penanggulangan kemiskinan, menurut data BPS dan Kementerian Koordinator Kesra, berurut sejak tahun 2007 sebesar Rp 50,0 triliun, tahun 2008 sebesar Rp 63,0 triliun, tahun 2009 sebesar Rp 66,2 triliun, tahun 2010 sebesar Rp 94,0 triliun. Capaian terhadap pengurangan penduduk miskin –kota dan desa– pada 2007 jumlah penduduk miskin 37,17 juta jiwa., pada 2008 jumlah penduduk miskin turun menjadi 34,96 juta jiwa., pada 2009 jumlah penduduk miskin turun menjadi 32,54 juta jiwa., dan jumlah penduduk miskin turun menjadi 31,02 juta jiwa (Kompas, 07/1/2011).

Disayang Allah
Dalam kajian Kitab Al Hikam karangan Syech Ahmad Attoillah, KH. Drs. Imron Djamil mengatakan, yang namanya manusia itu adalah kawulo (pengabdi). Sebab itu, dihadapan bendoro (Tuhan Allah Swt), kedudukan manusia itu hina dan rendah, alias tidak memiliki kemuliaan. Dengan eksistensi semacam itu, bila kemudian jajaran Pemerintahan SBY mendapatkan kehinaan –meski akibat pernyataan manusia–, hal itu merupakan kewajaran pula. Karena kemuliaan itu memang milik Allah Swt semata, bukan milik jajaran Pemerintahan SBY.

Jika dalam Pilpres SBY terpilih dalam dua periode untuk memerintah Republik ini, hakikatnya Sang Presiden itu menerima pemberian “baju kemuliaan” Allah Swt. Bukan untuk dimiliki, lalu dijadikan alat untuk membangun citra diri, atau untuk kesombongan bahwa diri ini mampu menciptakan kemakmuran sekaligus menyejahterakan rakyat. Pemerintahan SBY hanyalah sekumpulan abdi dalem kerajaan Tuhan yang senantiasa harus bekerja, sedangkan kemakmuran dan kesejahterakan rakyat itu adalah urusan sekaligus haknya Allah.

Dengan landasan pemikiran semacam itu, maka menilai pernyataan tokoh lintas agama itu, sebenarnya merupakan wujud cinta kasih Allah kepada Pemerintahan SBY. Allah telah mengingatkan kepada negeri ini, bahwa kewajiban terhadap setiap sosok bangsa ini adalah senantiasa berusaha dan berusaha tanpa henti, untuk mendapatkan keridhoan-Nya dalam posisi kehambaan. Sedangkan hasil dari penghambaan kawula itu, berwujud kesuksesan atau kegagalan sepenuhnya hak prerogatif Allah.

Siapa pun kita, orang awam, atau pejabat, atau tokoh lintas agama, maupun kalangan pakar yang kini semakin laris menjadi narasumber setelah pernyataan kontroversial itu, dalam wujud fisik tidak lebih dari setumpukan daging dan tulang yang setiap lubangnya mengeluarkan kotoran. Orang menilai kita baik dan penuh kemuliaan hanya terjadi tatkala wujud non-fisik kita melakukan amal perilaku baik. Merujuk istilah sahabat Kristiani, kawulo itu setara dengan domba (Bhs. Jawa, wedhus atau kambing). Maka, sesama kambing tidak pantas saling menghujat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar