Jumat, 07 Januari 2011

Kabinet Pak Beye, Tak Pantas Dipuji!

Saya yakinkan kepada Anda. Tidak peduli siapa pun Anda. Apakah Anda seorang politisi, polisi, anggota Densus 88, anggota Badan Intelejen Negara (BIN), pembunuh bayaran, maupun preman, bahwa Kabinet Indonesia Bersatu –Jilid I dan II– tidak pantas memperoleh pujian. Apa pun hasil ikhtiar yang telah mereka lakukan!

Memang patut diakui, ada dinamika positif yang berlangsung di Republik ini. Yakni, keberanian untuk terbuka dan transparan. Tidak sedikit pejabat negara yang terlibat korupsi dipenjarakan. Kedok-kedok kemunafikan yang tampak dari wajah-wajah para Wakil Rakyat pun baik di pusat maupun di daerah, dicopot. Hingga terlihat potret asli mereka yang selama ini setiap hari senantiasa berupaya menyelewengkan duit rakyat.

Di jajaran kepolisian, sejak kasus Anggoro Widjaya terkuak, seolah ada air bah yang berbau busuk ke luar dari Mabes Polri. Berita majalah mingguan Tempo yang mengangkat isu tentang Rekening Gendut Polisi, seolah melengkapi sekaligus membuktikan bagaimana kondisi moral aparat kepolisian kita selama ini. Di era Orde Lama maupun Orde Baru, paparan faktual semacam itu bisa divonis berdasarkan Undang-undang Anti Subversi.

Namun demikian, kiprah aparat kepolisian tidak seluruhnya jelek. Lihat prestasi Densus 88 dalam memerangi kejahatan terorisme, patut mendapatkan acungan jempol. Nyaris, pekerjaan anggota pasukan antiterorisme besutan Polri yang mendapatkan dukungan dana dan pelatihan dari AS ini, adalah ngintip keseharian para aktifis teroris di Republik. Seolah tak ada tempat yang aman untuk tumbuh dan berkembangnya ideologi mereka.

Sayangnya, bau harum baju seragam institusi penanggung jawab kamtibmas itu “dikotori” lagi oleh para petinggi Polri sendiri dalam kasus Gayus H. Tambunan. Intitusi ini seolah mandul tatkala harus membongkar tuntas kasus mafia pajak, sebab tak menyentuh “pemain” kelas kakap. Kondisi demikian masih ditambah dengan buruknya Rutan Brimob Kelapa Dua, yang tampaknya lebih berfungsi sebagai “pasar” untuk bertransaksi hukum. Gayus pun lalu dapat kluyuran ke Nusa Dua Bali, Malaysia, Singapuran, dan Macao bersama istrinya meski dalam status tahanan.

Semakin Prospektif?
Untungnya, di sektor lain, di bidang perekonomian berdasarkan data BPS dan Kementerian Keuangan, sejak masa krisis pada tahun 1998, terus mengalami kenaikan. Pada periode 1999 – 2001, pertumbuhan ekonomi naik sebesar 3 persen, dan menjadi 3,7 persen pada periode 2001-2004. Dan, sejak 2004 hingga sekarang sudah mencapai 5,6 persen (Kompas, 06/7/2010).

Kondisi eksiting UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) per 2008, data BPS 51,26 juta. Terinci, untuk usaha mikro kekayaan bersih/tahun lebih dari Rp 50 juta, dengan hasil penjualan kurang dari Rp 300 juta. Usaha kecil kekayaan bersih/tahun lebih dari Rp 50 juta s/d Rp 500 juta, dengan hasil penjualan lebih dari Rp 300 juta s/d Rp 2,5 miliar. Usaha menengah kekayaan bersih/tahun lebih dari Rp 500 juta s/d Rp 10 miliar, dengan hasil penjualan lebih dari Rp 2,5 miliar s/d Rp 50 miliar. Sedangkan untuk usaha besar/konglomerat lebih dari Rp 10 miliar, dengan hasil penjualan lebih dari Rp 10 miliar (Kompas, 14/8/2010).

Anggaran untuk penanggulangan kemiskinan, menurut data BPS dan Kementerian Koordinator Kesra, berurut sejak tahun 2007 sebesar Rp 50,0 triliun, tahun 2008 sebesar Rp 63,0 triliun, tahun 2009 sebesar Rp 66,2 triliun, tahun 2010 sebesar Rp 94,0 triliun. Capaian terhadap pengurangan penduduk miskin –kota dan desa– pada 2007 jumlah penduduk miskin 37,17 juta jiwa., pada 2008 jumlah penduduk miskin turun menjadi 34,96 juta jiwa., pada 2009 jumlah penduduk miskin turun menjadi 32,54 juta jiwa., dan jumlah penduduk miskin turun menjadi 31,02 juta jiwa (Kompas, 07/1/2011).

Yang Pantas Dipuji
Siapa yang pantas dipuji dalam konteks dinamika Republik ini? Untuk menjawab pertanyaan itu, adalah baiknya Anda baca Kompas hari (08/1), yang memberitakan Ted Williams, lelaki gelandangan miskin berusia 53 tahun. Ia tinggal di sebuah di sebuah tenda dekat sebuah jalan raya di Columbus, Ohio, AS, dan jauh dari tempatnya meminta-minta. Mantan pembaca acara radio di era 1980-an itu menggelandang sejak tahun 1996, setelah hidupnya dihancurkan oleh narkoba dan minuman keras.

Kisahnya nyaris persis sama dengan nasib negeri ini, yang menjadi peminta-minta –kepada IMF dan Bank Dunia– setelah dihantam badai krisis pada 1998. Pada masa sebelum krisis rezim berkuasa beserta keluarga, kerabat, dan kroni-kroninya, benar-benar “berpesta” untuk mengeruk apa pun yang dapat ditukar dengan kekayaan duniawi. Bahkan sebagian kekayaan Republik ini sampai sekarang masih ada yang ngendon di luar negeri. Dan, menjelang keruntuhan rezim diktator-otoriter itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level minus 13,1 persen (Kompas, 06/7/2010). Bayangkan!

Kehidupan Ted Williams berubah total hanya dalam kurun waktu 48 jam, yang ia sebut sebagai perubahan yang “kelewatan”, sehingga ia sempat berucap, menemukan suatu perasaan spiritual baru. Lalu, ia menegaskan, siap menangani kesempatan kedua yang diberikan kepadanya. Siapa yang memberikan kesempatan kedua itu? Tentu saja, Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Demikian pula, ketika kondisi kehidupan Indonesia merangkak naik, itu berarti pula ada kesempatan kedua dari Allah. Kabinet Indonesia Bersatu –Jilid I dan II– hanya kepanjangan tangan dari karunia Allah kepada bangsa ini. Maka, pantaslah kita berucap:
“Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam” (Q.S. Al Mukmin: 65).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar