Rabu, 05 Januari 2011

Anjing Saja, Jika Tahu Diri Dihormati

Anjing, merupakan salah satu jenis binatang yang memiliki kecerdasan. Sebab itulah orang yang suka memelihara anjing. Jenis binatang ini, dengan latihan khusus dan teratur, mampu menjadi partner manusia baik pada sisi hiburan mapun keamanan. Sampai-sampai ada pepatah, lebih baik memelihara anjing penjaga daripada membayar orang untuk menjadi penjaga. Alasannya, anjing tidak bisa disogok!

Anjing yang pintar adalah anjing yang tahu diri. Dia tidak akan menggigit orang sembarangan. Tidak akan mengejar orang sembarangan. Bahkan tidak mau makan sembarangan. Sebab itu anjing pintar dan tahu diri, pasti dihormati. Tidak hanya oleh pemiliknya, tapi juga orang lain. Kita bisa melihat bagaimana anjing mendapatkan medali kehormatan, karena mampu menoreh prestasi tertentu.

Anjing pada dasarnya termasuk binatang buas. Jenis carnivora, karena pemakan daging. Namun karena kepintarannya dan sikap tahu diri, dia memperoleh penghargaan. Meski demikian, kadangkala justru si pemilik yang tidak pantas untuk dihormati. Misal, sang pemilik adalah oknum-oknum aparat penegak hukum kita. Sebagai manusia –tak bermaksud membandingkan dengan anjing– ia adalah pemegang amanat rakyat yang pengangkatannya melalui mekanisme rumit dan berbiaya mahal.

Tapi, apa yang kita peroleh. Menurut data yang dikemukakan berbagai media massa, aparat penegak hukum kita semakin terkuak banyak yang suka berbuat “maksiat”. Lihat saja kasus perjokian napi, kasus Gayus, yang seolah menjadi lubang pengintip untuk melihat lebih jauh sampai di mana kerusakan moral institusi penegakan hukum kita. Mulai dari institusi kepolisian, kejaksaan, kehakiman, lembaga pemasyaratan, keimigrasi, perpajakan, termasuk kepengacaraan. Nyaris, tidak ada sudut yang dapat mempertontonkan keindahan potret lembaga penegakan hukum kita.

Zoon Politicon
Berbasis pada hasil pemikiran Aristoleles, manusia disebutkannya sebagai zoon politicon. Secara harfiah dapat dipahami bahwa manusia hakikatnya masih termasuk golongan binatang, tapi yang bermasyarakat atau ber-muamalah. Bermodal akal, pikiran, dan nuraninya, manusia berhubungan dengan manusia lain guna memenuhi hasrat dan kebutuhannya. Tanpa kelengkapan potensi itu, manusia tidak lebih dari “sebuah karung yang berisi tahi”.

Mari kita pelototi tubuh manusia satu per satu. Mulai dari bagian kepala yang tumbuh rambut, bila rambut itu tidak dirawat, dikeramas, selama dua hari saja, baunya tentu tidak enak. Kemudian kedua mata, lubang telinga, lubang hidung, lubang mulut, lubang kemaluan, serta lubang dubur, kesemuanya mengeluarkan kotoran. Pun pori-pori kulit, lubang-lubang kecil yang menutupi seluruh tubuh itu, juga mengeluarkan cairan yang disebut keringat. Kotoran juga. Sehingga bila kita tidak mandir dua atau tiga hari saja, baunya sudah ampun-ampunan.

Dengan kata lain, keindahan wadag atau wujud jasmani manusia itu tampil tatkala eksistensinya ditutupi tindak tanduk dan perilakunya. Sehingga, andai pun aparat penegak hukum itu ketika tampil kesehariannya terlihat terhormat karena mentereng rumahnya, mewah kendaraannya, dan selalu harum bau tubuhnya, tapi menjadi terhina saat kebusukan perilakunya terkuak. Busuknya perilaku manusia semacam itu akan tercium ke mana-mana, seantero kampung, kota, negara, bahkan ke seluruh dunia.

Dalam kondisi demikian, sosok manusia itu tidak lebih dari seongok daging yang ditutupi gombal (baca: pakaian) semata. Kehormatannya hilang seketika. Lalu, banyak orang yang tiba-tiba enggan berdekatan dengannya, karena takut disangka terlibat. Pada saat yang seperti itu, biasanya manusia baru tersadar bahwa pada hakikatnya dirinya tidak memiliki kehormatan apa-apa. Kehormatan itu ternyata hanyalah pemberian atau anugerah. Tidak ada satu manusia pun yang mampu mempertahankan kehormatannya, tatkala pemilik kehormatan mengambilnya kembali.

Perhatikan firman Allah dalam Alquran Ali Imron: 26 yang berbunyi, Sesungguhnya Engkaulah (Allah) pemilik kekuasaan. Engkau berikan kekuasaan kepada manusia yang Engkau kehendaki, dan Engkau ambil kekuasaan itu dari manusia yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan manusia yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan manusia yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemilik segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau berkuasa berbuat segala sesuatu yang Engkau kehendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar